- Definisi : suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh chlamydia trachomatis
- Epidemiologi : penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak - anak. daerah yang paling banyak terkena adalah di semenanjung balkan dan daerah dengan higiens yang kurang. Ras yang banyak terkena adalah yahudi, aborigin dan indian amerika
- Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan sekret penderita trakhoma atau melalui alat - alat kebutuhan sehari - hari
- masa inkubasi rata - rata 7 hari ( berkisar 5 - 14 hari )
- pemeriksaan penunjang :
- secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan pewarnaan giemsa, terlihat reaksi sel - sel polimorfonuklear. sel plasma, sel leber dan sel folukel dapat juga ditemukan
- Sel leber menyokong suatu diagnosis Trakhoma, tetapi sel Limfoblas adalah tanda diagnostik yang penting bagi Trakhoma
- Terdapat badan inklusi Halber statter-prowazeck didalan sel epitel konjungtiva yang bersifat basofil
- Tanda dan gejala :
- fotofobia
- gatal
- berair
- eksudasi
- edema palpebra
- kemosis konjungtiva bulbaris
- hipertrofi papil
- Menurut Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui 4 stadium :
- Stadium 1 ( Stadium insipien/hiperplasi limfoid )
- hipertrofi papil dengan folikel kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti pada pembuluh darah konjungtiva
- Sekret sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi sekunder
- dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan
- Stadium 2 ( Stadium Established )
- Hipertrofi papilar dan folikel matur berwarna lebih abu - abu pada konjungtiva tarsal superior
- dapat ditemukan pannus trakhoma yang jelas
- pannus adalah pembuluh darah yang terletak didaerah limbus atas dengan infiltrat
- Stadium 3 ( Stadium Parut )
- terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo palpebra
- parut folikel pada limbus kornea disebut cekungan Herbert
- gambaran papil mulai berkurang
- pannus pada kornea lebih nyata
- terlihat trikiasis sebagai penyulit
- Stadium 4 ( Stadium Sembuh )
- pembentukan parut yang sempurna menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus yang dapat menyebabkan enteropion ( tepi kelopak mata atas melengkung kedalam akibat sikatrik ) dan trikiasis
- folikel tidak ditemukan
- pannus dikornea bagian atas tidak aktif
- Diagnosis Banding : Konjungtivitis inklusi
- Tatalaksana :
- Tetrasiklin 1 - 1,5 gr/hari peroral, diberikan dalam 4 dosis selama 3 - 4 minggu
- doxycyclin 100 mg peroral 2x sehari selama 3 minggu atau eritromisin 1g/hari peroral dibagi 4 dosis selama 3 - 4 minggu
- pencegahan : higien yang baik, makan makanan bergizi
- Komplikasi :
- enteropion
- trikiasis
- simblefaron
- kekeruhan kornea
- xerosis/ keratitis sika
Note : maaf kalo scannya kurang jelas, soalny scan pake tab*
Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: CV.Sagung Seto.
Fakultas kedokteran universitas indonesia. 2013. ilmu penyakit mata. jakarta : badan penerbit FK UI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar